Minggu, 03 November 2013

Fenomena Akun Alter, Tagar Realava, Hingga "Jualan" di Twitter

Mengerikan. Titik!

Sekitar beberapa bulan lalu ketika Sarah Ardhelia bikin gempar dengan situs pribadinya yang menampilkan foto-foto telanjang tanpa sensor.

Tidak hanya lewat situs pribadinya, Sarah Ardhelia pun bikin heboh lewat akun twitternya yang juga memposting berulang-ulang foto telanjang. Lagi-lagi tanpa sensor.

Kini situsnya sudah tidak bisa ditemukan lagi. Mungkin sudah diblok dengan Depkominfo. Namun akun twitternya masih ada, tapi kelihatan sekali akunnya dijalankan oleh admin atau orang lain.

Penasaran sih siapa sebenarnya Sarah Ardhelia?

Penasaran ingin tahu, saya coba mengecek siapa saja yang difollow oleh Sarah Ardhelia. Tetiba saya tertuju ke beberapa akun yang memposting gambar payudara atau bagian organ vital wanita vagina tanpa terlihat wajah si pemilik badan. Mereka biasanya menandakan postingan dengan tagar Realava (#realava).

Gila. Dengan cuek mereka memposting gambar seronok lagi-lagi tanpa terlihat wajah. Lebih gila lagi. Dari bio, dan lekuk badan, mereka diperkirakan berusia mulai kisaran anak SMP hingga diatas 30 tahunan.

Menariknya mereka tidak menggunakan akun dengan nama asli. Atau sering disebut akun alter, akun yang dibuat sengaja untuk tujuan khusus memamerkan tubuh.

Ada juga akun alter yang berusaha mencari keuntungan dengan menjajakan phone sex atau chat sex. Caranya mudah tinggal mengisikan pulsa atau transfer rekening. Ada pula yang menawarkan id Line untuk mendapatkan gambar eksklusif yang lebih hot katanya.

Namun tidak semua, ada juga akun alter yang pada bionya tertulis "just for fun, sharing photo only". Hah? Just for fun?

Tidak hanya perempuan, banyak juga akun-akun alter laki-laki yang dengan cuek juga memposting gambar penisnya. Dan dengan santai, mereka mencari teman "tidur" baik wanita atau sesama jenis.

Mereka benar-benar memanfaatkan teknologi. Tapi ini salah tentunya. Penyakit. Sekali lagi mengerikan!

Yang belakangan saya temukan adalah akun-akun pribadi bukan alter yang menjajakan diri lewat twitter. Jelas di bio mereka tertulis harga dan cara menghubunginya.

Mencengangkan begitu melihat linimasanya. Mereka memposting bila sedang bersama 'pembeli' di hotel. Sebagai buktinya mereka lengkapi dengan gambar ketika sedang melayani.

Social media lagi-lagi terbukti berhasil membentuk komunitas. Namun sayangnya kali ini sangat negatif. Tagar realava bukan hanya beredar di Indonesia, namun sudah mendunia.

Nggak percaya? Cek saja sendiri, buka twitter, lalu ke search dan ketik #realava.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar